Gambar Sampul Agama Islam · c_BAB III Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian
Agama Islam · c_BAB III Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian
Nelty Khairiyah

22/08/2021 07:50:35

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

33

Mempertahankan

Kejujuran sebagai Cermin

Kepribadian

BAB

III

Mempertahankan Kejujuran

sebagai Cermin Kepribadian

Diketahui dan Diperolehnya Nilai dan Perilaku Mulia

Makna

Jujur

Hikmah

Perilaku Jujur

Dalil

tentang Jujur

Jujur dalam Niat

Jujur dalam Lisan

Jujur dalam

Perbuatan

Bagan Alir

34

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Membuka Relung Hati

Cermati gambar dan wacana berikut.

Kisah menarik berikut ini mungkin dapat menginspirasi dan memotivasi kita

agar selalu mempertahankan kejujuran dalam segala kondisi. Simaklah kisahnya

sebagai berikut.

Suatu ketika seorang sahabat Rasulullah saw. yang bernama Wasilah bin Iqsa

sedang berada di pasar ternak. Tiba-tiba saja ia menyaksikan seseorang tengah

menawar unta. Ketika ia lengah, pembeli itu telah menuntun unta yang telah

dibelinya dengan harga 300

dirham

. Wasilah bergegas mendapatkan si pembeli

tersebut seraya bertanya, “Apakah unta yang engkau beli itu unta untuk disembelih

atau sebagai tunggangan?” Si pembeli menjawab, “Unta ini untuk dikendarai.”

Kemudian Wasilah memberikan nasihat bahwa unta tersebut tidak akan tahan

lama karena di kakinya ada lubang karena cacat. Pembeli itu pun bergegas kembali

menemui si penjual dan menggugat, sehingga akhirnya terjadi pengurangan

harga 100

dirham

.

Si penjual merasa jengkel kepada Wasilah seraya mengatakan, “Semoga

engkau dikasihi Allah Swt., dan jual-beliku telah engkau rusak.” Mendengar ucapan

tersebut, Wasilah menimpalinya, “Kami sudah ber

bai’at

kepada Rasulullah saw.

untuk berlaku jujur kepada setiap muslim, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,

‘Tiada halal bagi siapa pun yang menjual barangnya kecuali dengan menjelaskan

cacatnya, dan tiada halal bagi yang mengetahui itu kecuali menjelaskannya.’ (H.R.

Hakim, Baihaki, dan Muslim dari Wasilah).”

Itulah nilai-nilai kejujuran, walaupun berisiko, namun tetap harus dijunjung

tinggi dalam kehidupan. Kejujuran itu sangat mudah diucapkan oleh setiap orang,

tetapi sedikit sekali yang dapat menerapkannya.

Sumber: Dok. Kemendikbud

Gambar 3.1

Penjual haruslah berlaku jujur, terutama menyangkut kualitas dan

kehalalan barang yang dijualnya.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

35

1. Setelah kamu membaca wacana di atas, bagaimana jika hal tersebut

terjadi pada dirimu? Apakah kamu akan tetap berlaku jujur meskipun

akan menanggung risiko yang berat, ataukah kamu akan melakukan

kecurangan ketika orang lain tidak mengetahui?

2. Ceritakan contoh nyata yang pernah kamu ketahui baik yang terjadi

pada orang-orang yang kamu kenal maupun pada orang lain.

Aktivitas 1

Mengkritisi Sekitar Kita

Cermati gambar dan wacana berikut.

Berbagai cara dilakukan oleh sebagian orang untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan hidupnya. Ada yang melakukannya dengan memotivasi diri dengan

bekerja keras dan menaati aturan yang ada. Tentu hal tersebut merupakan cara-

cara yang memang seharusnya ditempuh. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang

menempuh cara-cara yang bertentangan dengan hukum dan peraturan yang

berlaku, baik hukum agama maupun peraturan yang berlaku yang dibuat oleh

pemerintah. Mereka jauh dari nilai-nilai kejujuran. Bagi mereka, cara apa pun

boleh yang penting tujuannya tercapai.

Sumber: www.kendaripos.co.id

Gambar 5.2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penegak kejujuran.

36

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Berani jujur hebat! Kalimat tersebut adalah sebuah slogan yang marak

disuarakan oleh para aktivis antikorupsi untuk mendukung kerja Komisi

Pemberantas Korupsi (KPK) dalam menjalankan tugasnya “menangkap” para

koruptor. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, semenjak dibentuknya KPK,

sudah banyak penjahat “kerah putih” yang menggerogoti uang rakyat dengan

cara licik dan kejam. Mereka sudah memperoleh jabatan yang tinggi dengan

segenap fasilitas yang diberikan negara, tetapi masih saja melakukan praktik-

praktik kotor dengan cara memanipulasi, melambungkan harga belanja barang,

laporan keuangan fiktif, dan sebagainya. Namun demikian, tidak semua pejabat

berperilaku seperti itu. Banyak di antara pejabat di negeri ini yang masih memiliki

hati nurani dengan berperilaku jujur dan amanah. Mereka hidup bersahaja

dengan penghasilan yang sah diberikan oleh negara.

Korupsi dimulai dari perilaku yang tidak jujur yang mungkin sering

dilakukan sejak kecil, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat.

Apa saja perbuatan yang sering dilakukan sebagai perbuatan tidak jujur,

baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat? Coba analisis.

Apa saja upaya yang dilakukan untuk menghindari hal tersebut?

Aktivitas 2

Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A. Memahami Makna Kejujuran

1. Pengertian Jujur

Dalam bahasa Arab, kata

jujur

semakna dengan “

aś-śidqu

” atau “

śiddiq

yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta,

atau dalam bahasa Arab ”

al-ka

©

ibu

”. Secara istilah, jujur atau

aś-śidqu

bermakna (1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian

antara informasi dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; dan

(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

37

2. Pembagian Sifat Jujur

Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (

śiddiq

) sebagai berikut.

a. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang

dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah

Swt.

b. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima

dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara

perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang

menjaga lidahnya dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai

dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati

janji termasuk jujur jenis ini.

c. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-

sungguh sehingga perbuatan

ż

ahir

nya tidak menunjukkan sesuatu yang

ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran,

karena jujur identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada

Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70)

Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya

karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu

menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di

lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman,

“Wahai orang-orang

yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu

kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-

apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-Śaff/61:2-3)

Pesan moral ayat tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan

dengan perbuatan. Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang

tidak disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan

pelakunya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur

adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul. Artinya, orang-

orang yang selalu

istiqamah

atau konsisten mempertahankan kejujuran,

sesungguhnya ia telah memiliki separuh dari sifat kenabian.

Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang

diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang

melaksanakan amanat disebut

al-Amin

, yakni orang yang terpercaya, jujur,

dan setia. Dinamakan demikian karena segala sesuatu yang diamanatkan

kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan,

baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur

dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala

38

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan,

perusahaan, dan hidup bermasyarakat.

Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil

dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan

akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah

kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat

gelar

al-Amin

(orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih

dan keridaan Allah Swt. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang

merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran

dan menjerumuskannya ke jurang neraka.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta

ketenteraman, harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim

wajib pula menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya

sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih

sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah muara

dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman akibat yang

ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian.

Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan

namimah

(mengadu

domba), sedangkan

namimah

dapat melahirkan kebencian. Demikian pula

kebencian adalah awal dari permusuhan. Dalam permusuhan tidak ada

keamanan dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang sedikit

kejujurannya niscaya akan sedikit temannya.”

Contoh Bukti Kejujuran Nabi Muhammad saw.

Ketika Nabi Muhammad saw. hendak memulai dakwah secara terbuka

dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah saw.

berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk

berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan

memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”

Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah saw., berduyun-duyunlah

kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari

manusia jujur penuh pujian. Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah

besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku

memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah

siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa

ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung

percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang

yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak

pernah berbohong, wahai

al-Amin

. Engkau adalah manusia yang paling

jujur yang kami kenal.”

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

39

Dari pembagian sifat jujur di atas, kemukakan contoh masing-masing sifat

jujur menurut Imam al-Gazali tersebu

t.

Aktivitas 3

B. Ayat-Ayat

Al-Qur’ān

dan Hadis tentang Perintah Berlaku Jujur

1.

Q.S. al-Māidah/5:8

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak

keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang

kamu kerjakan.”

2.

Q.S. at-Taubah/9:119

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt.,

dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”

Kandungan

Q.S. al-Māidah/5:8

Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan

amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena

Allah Swt., baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun

pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Karena

hanya dengan demikianlah mereka dapat sukses dan memperoleh hasil

balasan yang mereka harapkan. Dalam persaksian, mereka harus adil

menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya,

sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan sahabat dan

kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama dengan

Q.S. an-Nisā/4:153,

yaitu

sama-sama menerangkan tentang seorang yang berlaku adil dan jujur

40

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebut diterangkan

kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksian walaupun kesaksian itu

akan merugikan diri sendiri, ibu, bapak, dan kerabat. Selanjutnya, dalam

ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum tidak boleh

mendorong seseorang untuk memberikan persaksian yang tidak adil dan

tidak jujur, walaupun terhadap lawan.

Menurut Ibnu Kașir, maksud ayat di atas adalah agar orang-orang yang

beriman menjadi penegak kebenaran karena Allah Swt., bukan karena

manusia atau karena mencari popularitas. Mereka dapat menjadi saksi

dengan adil dan tidak curang, jangan pula kebencian kepada suatu kaum

menjadikan kalian berbuat tidak adil terhadap mereka, Terapkanlah

keadilan itu kepada setiap orang, baik teman ataupun musuh karena

sesungguhnya perbuatan adil menghantarkan pelakunya memperoleh

derajat takwa.

Terkait dengan menjadi saksi dengan adil, ditegaskan dari Nu’man bin

Basyir, “Ayahku pernah memberiku suatu hadiah. Kemudian ibuku, ‘Amrah

binti Rawahah, berkata, ‘Aku tidak rela sehingga engkau mempersaksikan

hadiah itu kepada Rasulullah saw. Kemudian, ayahku mendatangi beliau

dan meminta beliau menjadi saksi atas hadiah itu. Kemudian Rasulullah

saw. pun bersabda:

Artinya: “Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah seperti itu juga?

‘Tidak’, jawabnya. Maka beliau pun bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah

Swt., dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian!’ lebih lanjut beliau

bersabda, ‘Sesungguhnya, aku tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan.’

Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberian tersebut.”

Kandungan

Q.S. at-Taubah/9:119

Dalam ayat ini, Allah Swt. menunjukkan seruan-Nya dan memberikan

bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya.

Mereka diharapkan tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan

ri

d

a

-Nya,

dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya,

dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya, dan hendaklah

senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti

ketakwaan, kebenaran dan kejujuran mereka. Dan jangan bergabung

kepada kaum munafik, yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan

kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula dengan sumpah

palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

41

3. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda,

“Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada

kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa

seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah

Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena

kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke

neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga

dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai pendusta.”

(H.R. Muslim)

Kandungan Hadis

Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritakan

bahwa ketika Rasulullah saw. akan melakukan

gazwah

(penyerangan) ke

Tabuk untuk menyerang tentara Romawi dan orang-orang Kristen di Syam,

salah seorang sahabat yang bernama Ka’ab bin Malik mangkir dari pasukan

perang. Ka’ab menceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan ter

sebut

bukan karena sakit ataupun ada suatu masalah tertentu. Menurutnya, hari

itu justru ia sedang dalam kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari

sebelumnya. Tetapi entah mengapa ia merasa enggan untuk bergabung

bersama pasukan Rasulullah saw. sampai akhirnya ia ditinggalkan oleh

pasukan Rasulullah saw. Sekembalinya pasukan Rasulullah saw. ke

Madinah, ia pun bergegas menemui Rasulullah saw. dan berkata jujur

tentang apa yang ia lakukan. Akibatnya, Rasul menjadi murka, begitu pula

sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkan bahkan diperlakukan seperti

bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullah saw. memerintahkannya

untuk berpisah dengan istrinya. Setelah lima puluh hari berselang,

turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah

Swt. telah menerima taubat Ka’ab dan dua orang lainnya. Allah Swt. benar-

benar telah menerima taubat Nabi, orang-orang

Muhajirin

dan

Anśar

yang mengikutinya dalam saat-saat sulit setelah hingga saja hati sebagian

mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt. menerima taubat mereka dan

taubat tiga orang yang mangkir dari

jihad

sampai-sampai mereka merasa

sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Pengasih dan

Penyayang.

42

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Ketika ia diberi kabar gembira bahwa Allah Swt. telah menerima

taubatnya, dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi

Allah Swt. tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. setelah nikmat hidayah

Islam selain kejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku

kepada beliau, sehingga saya tidak binasa seperti orang-orang yang

berdusta, sesungguhnya Allah Swt. berkata tentang mereka yang berdusta

dengan seburuk-buruk perkataan.

Carilah ayat

al-Qur’±n

dan hadis yang berhubungan dengan kejujuran,

selain ayat dan hadis di atas

.

Aktivitas 4

Pesan-Pesan Mulia

Jujur Meskipun dalam Canda

Siapa yang meragukan kejujuran Rasulullah saw.? Ia adalah manusia

yang sangat terpercaya. Hal tersebut diakui oleh orang-orang yang

memusuhinya sekalipun, seperti Abu Jahal dan lainnya. Kejujuran

Rasulullah saw. tidak hanya ketika serius berbicara, ketika bercanda pun

ia tidak pernah meninggalkan kejujurannya. Bagaimana ia jujur dalam

bercanda? Simak kisahnya berikut ini.

1. Naik Anak Unta

Seorang datang kepada Nabi Muhammad saw. dan meminta kepada

Nabi untuk dinaikkan kendaraan. “Aku akan naikkan kamu pada anak

unta.” Laki-laki itu heran seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang

aku perbuat dengan anak unta?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah unta

hanya melahirkan anak unta?” (Maksudnya, bukankah anak unta itu

juga unta dewasa).

2. Seorang nenek-nenek mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai

Rasulullah, doakanlah agar memasukkan aku ke dalam surga.” Rasulullah

saw. menjawab, “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya wanita tua tidak

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

43

akan masuk ke dalam surga.” Maka, perempuan tua itu berpaling dan

menangis. Rasulullah kemudian bersabda,

“Beri tahu ia tidak akan

masuk surga dalam keadaan tua. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya

Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan

Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.” (Q.S. al-Wāqi’ah/56:35-36)

Menerapkan Perilaku Mulia

Jujur adalah perilaku yang sangat mulia. Jujur adalah sifat yang wajib dimiliki

oleh para nabi dan rasul Allah Swt. sehingga separuh gelar kenabian akan

disandangkan kepada orang-orang yang senantiasa menerapkan perilaku jujur.

Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya seperti berikut.

1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun.

2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.

3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak

mengetahuinya.

4. Melaporkan prestasi hasil belajar kepada orang tua meskipun dengan nilai

yang kurang memuaskan.

5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan

atau ujian sekolah.

6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau

ketidakhadiran ke sekolah.

7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain,

meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.

8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat

menghalanginya.

9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.

10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui

pihak yang bertanggung jawab.

11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.

44

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Rangkuman

1. Jujur (

aś-śidqu

) adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan,

sedangkan dusta (

al-każ

ibu

) adalah mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan

kenyataan.

2. Kejujuran merupakan petunjuk dan jalan menuju surga Allah Swt.,

sedangkan dusta adalah petunjuk dan jalan menuju neraka.

3. Jujur adalah sifat para nabi dan rasul Allah Swt., sedangkan bohong atau

dusta adalah ciri atau sifat orang-orang munafik.

4. Kejujuran akan menciptakan ketenangan, kedamaian, keselamatan,

kesejahteraan, dan kenikmatan lahir batin baik di dunia maupun di akhirat

kelak. Sementara, kedustaan menimbulkan kegoncangan, kegelisahan,

konflik sosial, kekacauan, kehinaan, dan kesengsaraan lahir dan batin baik di

dunia apalagi di akhirat.

5. Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri

memuji suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai

orang yang tidak bersalah dengan mengatakan bahwa orang yang dicari

tidak ada. Ketika ucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang

bertikai agar damai dan rukun kembali.

Evaluasi

A. Uji Pemahaman

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas.

1.

Tulislah salah satu ayat yang berhubungan dengan kejujuran lengkap

dengan artinya.

2. Tulislah salah satu hadis tentang perilaku jujur lengkap dengan artinya.

3.

Tuliskan beberapa keuntungan di dunia sebagai buah dari perilaku jujur.

4. Sebutkan sikap yang harus ditunjukkan agar terhindar dari perilaku dusta.

5. Tuliskan 3 (tiga) dampak negatif akibat perilaku dusta yang dilakukan.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

45

B. Refleksi

Berilah tanda

checklist

(

) yang sesuai dengan dorongan hatimu untuk

menanggapi pernyataan-pernyataan berikut ini.

No.

Pernyataan

Kebiasaan

Selalu Sering Jarang

Tidak

Pernah

Skor 4 Skor 3 Skor 2

Skor 1

1.

Meminta jawaban kepada teman

ketika mengikuti ulangan di

sekolah.

2. Mengembalikan barang yang

dipinjam kepada pemiliknya.

3.

Merahasiakan kecurangan teman

agar tidak dimusuhinya.

4. Membicarakan kecurangan

orang lain kepada semua orang.

5. Menjawab pertanyaan orang

lain sesuai dengan apa yang

diketahuinya.

6. Membaca

istigfar

ketika

terlanjur berkata dusta.

7. Menyadari dan menyesali

perkataan dusta yang dilakukan.

8. Berteman dengan teman yang

sering berdusta.

9. Ada perasaan khawatir dan was-

was ketika berbuat dusta.

10.

Merasakan kesulitan yang sangat

besar ketika berkata jujur.